Ditulis oleh
Admin
Sunday, 27
Mei 2012
Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara
atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan
telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran
alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
'insemination gun'.
Tujuan
Inseminasi Buatan
1. Memperbaiki mutu genetika ternak;
2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk
dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan
unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
4. Meningkatkan angka kelahiran dengan
cepat dan teratur;
5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit
kelamin.
Keuntungan
Inseminasi Buatan (IB)
1. Menghemat biaya pemeliharaan ternak
jantan;
2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak
dengan baik;
3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada
sapi betina (inbreeding);
4. Dengan peralatan dan teknologi yang baik
sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
5. Semen beku masih dapat dipakai untuk
beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
6. Menghindari kecelakaan yang sering
terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
7. Menghindari ternak dari penularan
penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
Kelemahan
Inseminasi Buatan (IB)
1. jika waktu IB tidak tepat maka tidak
akan terjadi kebuntingan
2. Memerlukan inseminator yang terampil.
3. Dapat menurunkan sifat genetik yang
tidak diinginkan apabila donor jantan tidak dipantau dengan baik
4. Dapat mengakibatkan distokia
(kesulitan melahirkan).
Inseminator
Adalah tenaga teknis menengah yang telah dididik dan
mendapat sertifikat sebagai inseminator dari pemerintah (dalam hal ini Dinas
Peternakan).
Pelayanan Petugas Inseminasi Buatan
Pelayanan inseminasi buatan dilakukan oleh Inseminator yang
telah memiliki surat izin melakukan inseminasi (SIM) dengan sistem aktif, pasif
dan semi-aktif.
Bila inseminator belum memiliki SIM maka tanggung jawab
hasil kerjanya jatuh pada Dinas Peternakan Propinsi tempatnya bekerja.
Pelaporan
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) mengikuti pedoman sebagai berikut:
1. Inseminator mengisi tanggal pelaksanaan
Inseminasi Buatan (IB) pertama, kedua, ketiga dan seterusnya pada kartu catatan
Inseminasi Buatan (IB) masing-masing akseptor
2. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi
yang tidak birahi kembali setelah Inseminasi Buatan (IB) pertama (kemungkinan
bunting) dan tempat serta nama peternak yang sapi / ternaknya yang baru di
Inseminasi Buatan (IB) kepada Petugas Pemeriksa Kebuntingan
3. Inseminator wajib melaporkan jumlah sapi
yang "repeat breeder" (sapi yang telah di Inseminasi Buatan (IB)
lebih dari tiga kali dan tidak bunting) kepada Asisten Teknis Reproduksi.
Tugas pokok
inseminator adalah:
1. Menerima laporan dari pemilik ternak
mengenai sapi birahi dan memenuhi panggilan tersebut dengan baik dan tepat
waktu
2. Menangani alat dan bahan Inseminasi
buatan sebaik-baiknya
3. Melakukan identifikasi akseptor
Inseminasi Buatan (IB) dan mengisi kartu peserta Inseminasi Buatan (IB);
4. Melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) pada
ternak;
5. Membuat laporan pelaksanaan Inseminasi
Buatan (IB) dan menyampaikan kepada pimpinan SPT IB
Untuk mempermudah pelaporan / permintaan pelayanan
Inseminasi Buatan (IB) maka harus dibuat suatu sistem pelaporan yang sederhana,
cepat, mudah dan murah. Kotak laporan, bendera di depan rumah / kandang, kartu
birahi dan lain-lain adalah beberapa sistem komunikasi yang telah dijalankan
pada beberapa tempat di Indonesia. Setiap daerah mempunyai keadaan yang
berbeda, oleh karena itulah buatlah suatu perjanjian dengan para akseptor
mengenai cara-cara komunikasi yang baik yang disepakati bersama. Komitmen untuk
mematuhi keputusan tersebut juga diperlukan.
Petugas IB (inseminator) hanya boleh menginseminasi kalau
betina sedang birahi saja. Kalau betina tidak sedang birahi, petugas IB
sebaiknya memberitahukan ke peternak dan memintanya untuk memperhatikan gejala
birahi dengan lebih baik lagi.
Anatomi dan Fisiologi Alat Kelamin Betina
Pubertas (kematangan alat kelamin / dewasa kelamin) terjadi
akibat aktivitas dalam ovarium (indung telur), umur pubertas pada sapi adalah
antara 7 - 18 bulan, atau dengan berat badan telah mencapai kurang lebih 75%
dari berat dewasa. Kecepatan tercapainya umur dewasa kelamin tergantung dari:
• Jenis / bangsa sapi
• Gizi
• Cuaca
• Penyakit
Siklus birahi pada sapi betina yang normal biasanya berulang
setiap 21 hari, dengan selang antara 17-24 hari.
Siklus birahi
akan berhenti secara sementara pada keadaan-keadaan:
1. Sebelum dewasa kelamin;
2. Selama kebuntingan;
3. Masa post-partum.
Siklus birahi dibagi dalam 4
tahap, dan berbeda-beda pada setiap spesies hewan. Tahapan dan lamanya pada
sapi dapat ditemui di bawah ini :
•
Proestrus
Tahap ini dapat terlihat, karena ditandai
dengan sapi terlihat gelisah dan kadang-kadang sapi betina tersebut menaiki
sapi betina yang lain. Lamanya 3 hari.
•
Estrus
Pada tahap ini sapi betina siap
untuk dikawinkan (baik secara alam maupun IB). Ovulasi terjadi 15 jam setelah
estrus selesai. Lama periode ini pada sapi adalah 12 - 24 jam.
•
Metaestrus
Waktu setelah estrus berakhir,
folikelnya masak, kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan pertumbuhan /
pembentukan corpus luteum (badan kuning). Lama periode ini 3 - 5 hari.
•
Diestrus
Waktu setelah metaestrus, corpus
luteum meningkat dan memproduksi hormon progesteron. Periode ini paling lama
berlangsungnya karena berhubungan dengan perkembangan dan pematangan badan
kuning, yaitu 13 hari.
Pada saat keadaan dewasa kelamin
tercapai, aktivitas dalam indung telur (ovarium) dimulai. Waktu estrus, ovum
dibebaskan oleh ovarium. Setelah ovulasi terjadi, bekas tempat ovarium tersebut
itu dipenuhi dengan sel khusus dan membentuk apa yang disebut corpus luteum
(badan kuning)
Corpus luteum ini dibentuk selama
7 hari, dan bertahan selama 17 hari dan setelah waktu itu mengecil lagi karena
ada satu hormon (prostaglandin) yang merusak corpus luteum dan mencegah
pertumbuhannya untuk jangka waktu yang relatif lama (sepanjang kebuntingan).
Selain
membentuk sel telur , indung telur / ovarium juga memproduksi hormon, yaitu:
1. Sebelum ovulasi: hormon estrogen;
2. Setelah ovulasi corpus luteum di ovarium
memproduksi: hormon progesteron
Hormon-hormon
ini mengontrol (beri jarak) kejadian siklus birahi di dalam ovarium.
Pelaksanaan
Program Inseminasi Buatan (IB)
Pemeriksaan Awal
Deteksi birahi yang tepat adalah kunci utama keberhasilan
Inseminasi Buatan, selanjutnya adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan
Inseminasi Buatan itu sendiri dilaksanakan. Untuk memudahkan, sebagai patokan
biasa dilakukan sebagai berikut:
Pertama kali terlihat tanda-tanda birahi Harus diinseminasi pada Terlambat
Pagi Hari yang
sama Hari berikutnya
Sore Hari
berikutnya (pagi dan paling lambat siang hari) Sesudah
jam 15:00 besoknya
Keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan
berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi ke
birahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi terlewati
maka kita masih harus menunggu 21 hari lagi untuk melaksanakan Inseminasi
Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan kebuntingan setelah pelaksanaan Inseminasi
Buatan (IB) juga akan berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian
materiil dan immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan
Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk melaporkan
dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB) ke tempat sapi birahi
berada.
Tanda - tanda birahi pada sapi betina adalah :
1. Ternak
gelisah
2. Sering
berteriak
3. Suka
menaiki dan dinaiki sesamanya
4. Vulva : bengkak, berwarna merah, bila
diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam
bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5. Dari
vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna
6. Nafsu
makan berkurang
Gejala - gejala birahi ini memang harus diperhatikan minimal
2 kali sehari oleh pemilik ternak. Jika tanda-tanda birahi sudah muncul maka
pemilik ternak tersebut tidak boleh menunda laporan kepada petugas inseminator
agar sapinya masih dapat memperoleh pelayanan Inseminasi Buatan (IB) tepat pada
waktunya. Sapi dara umumnya lebih menunjukkan gejala yang jelas dibandingkan
dengan sapi yang telah beranak.
Waktu
Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB)
ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim
(servix) pada posisi yang terbuka.
Kemungkinan terjadinya konsepsi
(kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah
dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
• permulaan
birahi : 44%
• pertengahan
birahi : 82%
• akhir
birahi : 75%
• 6
jam sesudah birahi : 62,5%
• 12
jam sesudah birahi : 32,5%
• 18
jam sesudah birahi : 28%
• 24
jam sesudah birahi : 12%
Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya
Kebuntingan
Faktor - faktor yang menyebabkan
rendahnya prosentase kebuntingan adalah :
1. Fertilitas
dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
2. Inseminator
kurang / tidak terampil;
3. Petani
/ peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
4. Pelaporan
yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
5. Kemungkinan
adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.
Jelaslah disini bahwa faktor yang
paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering
terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor
kejadian birahi dengan baik dengan cara:
• Mencatat
siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);
• petugas
IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi.
Salah satu cara yang sederhana dan
murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat
diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar /
menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.
Penanganan bidang reproduksi adalah
suatu hal yang rumit. Ia membutuhkan suatu kerja sama dan koordinasi yang baik
antara petugas yang terdiri atas dokter hewan, sarjana peternakan dan tenaga
menengah seperti inseminator, petugas pemeriksa kebuntingan, asisten teknis
reproduksi. Koordinasi juga bukan hanya pada bidang keahlian tetapi juga pada
jenjang birokrasi karena pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) masih lewat proyek
yang dibiayai oleh pemerintah sehingga birokrasi masih memegang peranan yang
besar disini. Koordinasi dari berbagai tingkatan birokrasi ini yang biasanya
selalu disoroti dengan negatif oleh para petugas lapang dan petani.
Keterbuakaan adalah kunci keberhasilan keseluruhan program ini.
Sinkronisasi Birahi
Pada beberapa proyek pemerintah,
seringkali inseminasi buatan dilaksanakan secara crash-program dimana pada
suatu saat yang sama harus dilaksanakan Inseminasi padahal tidak semua betina
birahi pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu harus dilaksanakan apa yang
disebut dengan sinkronisasi birahi.
Pada dasarnya, sinkronisasi birahi
adalah upaya untuk menginduksi terjadinya birahi dengan menggunakan hormon
Progesteron. Preparatnya biasanya adalah hormon sintetik dari jenis
Prostaglandin F2a. Nama dagang yang paling sering ditemui di Indonesia adalah
Enzaprost F.
Sinkronisasi birahi ini mahal biayanya
karena harga hormon yang tinggi dan biaya transportasi serta biaya lain untuk
petugas lapang.
Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
• Laksanakan
penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :
Sapi
betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia);
Sapi tidak
dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi
dilakukan maka keguguran akan terjadi.
• Laksanakan
penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama;
• Birahi akan terjadi
2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.
Prosedur Inseminasi Buatan adalah
sebagai berikut:
1. Sebelum melaksanakan prosedur
Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus
dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari
nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air
yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw
tersebut dimasukkan dalam air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.
2. Setelah dithawing, straw dikeluarkan
dari air kemudian dikeringkan dengan tissue.
3. Kemudian straw dimasukkan dalam gun,
dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih
4. Setelah itu Plastic sheath
dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw
5. Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam
kandang jepit, ekor diikat
6. Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan
yang akan dimasukkan ke dalam rektum
7. Tangan petugas Inseminasi Buatan
(IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim
(servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu
8. Semen disuntikkan/disemprotkan pada
badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'. Setelah
semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun dari uterus dan
servix dengan perlahan-lahan.
sumber : Pusat kesehatan hewan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar